"Rim!
Ngapain kamu di sini? Apa itu?" Net kaget melihat Rim tiba-tiba muncul di
belakang rumah. Net dan Mbah Mis sedang mencabut rumput hama di kebun bunga
melatinya itu.
Rim,
seperti biasa, hanya tertawa saja setiap kali ditanya. Tapi kali ini ia tidak
hanya tertawa. sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, ia mengajak
Net untuk melihat isi buntelan tersebut.
"Astaghfirullah!
Bayi siapa ini, Rim? Mosok ada yang hamilin kamu?" Net memekik pelan. Ia
berpikir keras lelaki bejat mana yang tega menghamili Rim, wanita yang hampir
gila.
Rim
memang hampir gila, karena ia pernah kehilangan bayinya setelah melahirkan.
Bayinya dibawa kabur pembantu bidan dan tak pernah kembali lagi. Dan setiap
kali ia melihat bayi, barulah tampak gilanya.
Net
melihat lagi bayinya dan ingin menggendongnya, namun ditepis oleh Rim. Kemudian
Net hanya melihatnya kembali dan keningnya mengerut. Ia mengira bayinya sedang
tidur. Dipegangnya tubuh bayi itu; tak hangat dan tak bernafas.
"Inna
lillah! Mbah, bayinya sudah meninggal!" Net setengah berteriak kepada Mbah
Mis yang sedang mencabut rumput.
“Inna lillah! Bayi? Bayi apa? Kapan lahirnya kok tiba-tiba
sudah ada jenazahnya? Kapan Rim hamil?” Mbah Mis memberondong Net dengan
pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba memberondong kepalanya.
Rim tertawa lagi kemudian marah dan
berlari ke dalam rumah Net. Net mengejar lalu berhenti ketika melihat Rim
mengarahkan pisau kepadanya.
“Hoi, Mbah Dukun! Suruh orang gila itu keluar dan menyerahkan
bayinya!” teriak Kepala Desa dari luar.
Beberapa warga desa lainnya menyusul
Kepala Desa menuju rumah Net. Rim masih memegang pisau, Net takut. Mbah Mis
apalagi.
“Bakar aja rumahnya!” teriak salah satu
warga.
“Bakar! Bakar!”
Di dalam ketegangan dan keriuhan warga,
Rim menancapkan pisau ke perutnya sendiri, tepat di ulu hatinya. Net lemas melihat kobaran api
mengelilingi rumahnya.
*
Aku memang sudah renta, mereka kira aku bisa
mati terbakar. Tapi sayang, aku masih bisa tetap hidup 100 tahun lagi, selagi
masih ada bayi-bayi mati yang terbuang dan melati untuk pencuci mulutku.
"Ah, nikmat sekali daging yang dibawa Rim tadi pagi. Sayang, ia sudah mati."
***
Words: 365/500
wow..
ReplyDeletenendang :D
maap mak, kalo ketendnag, ga sengaja nih :p
Deleteidiiih untung nggak lagi makan mak :-D
ReplyDeleteSUKSES yaaa mak
hihihi... aku dapat idenya malah pas lagi makan ayam :p
DeleteUntung masih jam 9 malem bacanya, coba kalo agak maleman dikit, bisa kejang saya :D
ReplyDeletesiapin paracetamol dulu ya mak sebelum kejang2 :D
Deleteada sesuatu dengan mbah mis??
ReplyDeletehihihi.. dia turunannya nyi roro kidul sepertinya :D
Deletewiih...ngeri...trus nasib Net gimana mak? mati juga kah?
ReplyDeleteyap, Net ga diceritain di sini ya.. terserah pembaca aja maunya gimana :)
Deletesukses ya mak............semua juga akan mati akhirnya
ReplyDeleteyap.. tapi kayaknya si mbah ini matinya bakalan disusahin :D
DeleteHyaaaaa ngeriii... Itu mbah mis ya mak yg makan bayi?
ReplyDeleteAih g tega bayanginnya.
Btw aq jg pernah 'hampir gila' sewaktu anak pertamaq meninggal. Aq sembuh dgn menulis. Self healing :)
haduh mak, aku ga bisa ngebayangin gimana rasanya, hiks hiks.. salam untuk anakmu yang di sana ya mak :)
Deletesaya juga tadi ikut makan :P
ReplyDeletekeren ceritanya
waah jangan2 dihabisin sama dikau ya, mak? apa rasanya?
Deleteperasaan kemaren udah komen di sini deh.... -___-"
ReplyDeletebelom yah?
*malah nanya*
ada miss sedikit...
ReplyDeleteAku memang sudah renta, mereka kira aku bisa mati terbakar. Tapi sayang, aku masih bisa tetap hidup 100 tahun lagi, selagi masih ada bayi-bayi mati yang terbuang dan melati untuk pencuci mulutku.
<< ini berarti dia emang suka or memang makan bayi mati kan?
"Ah, nikmat sekali daging yang dibawa Rim tadi pagi. Sayang, ia sudah mati."
<< nah yang ini semacam ada "penyesalan" kenapa bayi yg dibawa itu mati.. kalo idup kan lebih enak.. brarti dia sebenernya makan bayi hidup?
*lanjut makan ayam bakar*
emang makanin bayi mati, mak..
Deletemaskud yang "Sayang, ia sudah mati", ia itu refer to Rim. Jadi si mbah menyayangkan Rim mati dan ga bisa ngerasain daging bayi bakarnya :p
*lanjut nyuapin anak2*
Mak.. Ada kejanggalan dikit. Saya bingung ini kan ceritanya Rim bawa pisau ya? Berarti bayinya masih dalam gendongannya kan? Gimana bisa dimakan kalau bayinya masih digendong? Sebelum sempat makan, rumahnya udah dibakar warga juga kan ya?
ReplyDeleteIMHO.
Tapi ide ceritanya keen.. :)
rumah udah dibakar, mak. abis rim bunuh diri, bayi dibawa kabur sama mbah mis. kejadian makannya itu setelah semuanya berakhir, bisa jadi pas malam atau besokannya :)
Deleteemang ga diceritain detil, mak. tapi ternyata banyak yang miss ya jadinya? hihihihi
Kendala di jumlah kata ya? Iya. Etapi ini komentar saya sebagai pembaca lho mba.. :)
Deletegw bingung baca cerita yg in is...gak ngerti maksudnya jadinya gak memberikan kejutan di akhir kayak cerita2 isti yg lain...
Deletetapi tetep gw tuggu ceritanya trus y...:)
loh bingung di mananya, mba?
Deletehiii, syerreeeem *mbacanya pas jam 23.15 -__-
ReplyDelete