Masih Merindukanmu

4.06.2013


Masih kuingat kala itu kau mengayunkanku dengan riang. Kau tertawa melihatku kegirangan melayang di sebuah ayunan. Aku merindukanmu.

"Ayo, masuk, Bu! Di sini dingin."

Sebuah suara yang kukenal mengajakku masuk ke rumah. Namun aku masih enggan beranjak dari kursiku. Aku membayangkan menjadi dirimu saat itu. Ketika lelah mengayunku, kau terduduk di kursi kayu ini. Lihat, kursinya masih ada sampai sekarang!

"Sebentar lagi, aku masih mau menatap senja hari ini," jawabku.

"Nanti panggil aku, ya, Bu!"

Aku mengangguk dan tersenyum padanya.

Masih kuingat juga, kau tak pernah mau kuayunkan. Kau bilang, tubuhku kecil, jadi kau pikir aku tak kuat mengayunmu. Aku merindukanmu.

Ah, andai saja kau di sini. Andai saja kau kembali lagi, mungkin aku tak seperti sekarang. Dan mungkin juga aku tak akan memiliki anak cucu yang lucu-lucu.


Dan ketika kita beranjak dewasa, kau lebih memilih kekasihmu daripada aku. Tak ingatkah kau? Aku yang selalu ada di sampingmu ketika kau sedih. Aku yang selalu memberikan bahuku ketika kau menangis. Bukan kekasihmu!

Kau tak tahu, betapa hancurnya hatiku ketika kau bermesraan dengan kekasihmu, di rumahku! Ingin rasanya  kubunuh kekasihmu. Maka kuambil belati yang tergeletak di dapur lalu kutusukkan tepat di jantungnya!

Kemudian kau berteriak dan berkata, "Apa-apaan kau!"

"Aku sudah lelah dengan permainanmu!" kataku.

Kulihat kau mengernyitkan dahi dan bertanya, "Apa maksudmu? Kau sahabatku! Kenapa kau jadi pembunuh?!"

Kau kelabakan. Ketakutan. Entah kenapa, kau semakin manis saat itu. Kau berusaha lari. Aku menarik lenganmu.

"Aku mencintaimu sejak dulu. Kenapa kau lebih memilih orang bodoh ini?!" teriakku.

Kau semakin takut saat itu. Kau menangis.

"Kenapa kau menangis, Sayang? Apakah aku tak cukup menggantikan pria bodoh itu?"

Plak! Tiba-tiba kau menamparku. Pipiku memanas. Kemudian kau mendorong kedua payudaraku dengan sekuat tenaga. Sakit.

Sejak itu kau tak pernah kembali lagi. Tapi aku masih merindukanmu hingga kini, tiga puluh tahun kemudian.

***
Words: 296/500

Flashfiction ini saya ikutsertakan dalam kuis yang diadakan Mba Nunu El-Fasa di grup FB Ibu-ibu Doyan Nulis


9 comments :

  1. Wow... Seram-seram gimanaa gitu ini si pembunuhnya. Yang dipanggil "Bu" itu maksudnya ibu? *hii...

    ReplyDelete
    Replies
    1. yang dipanggil "Bu" itu si pembunuhnya, mba ;)
      dia kan cemburu gara2 sahabatnya punya pacar, sementara dia cinta sama sahabatnya, yang sama jenis kelaminny sama "aku"

      Delete
  2. weihhh itu buku ada tulisan gwee didalemnyahhh hihi g nanya y

    ReplyDelete
  3. Bu... itu, bu ke siapa ya mba isti? sahabat, tapi suka sama sahabatnya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. si "aku" yang dipanggil "Bu", karena dia udah tua dan yg manggil tadi itu anaknya. jadi si aku ini lagi flash back :)
      iya, dia suka sama sahabatnya dulu

      Delete
  4. Si ibu inih dulunya lesbong yak :D

    ReplyDelete
  5. cinta segitiga jadinya ya, mba.... tapi tragis!

    ReplyDelete

Thank you for read my story. I would be very pleased if you leave a comment here. ^__^