"Dina, ikut saya ke ruang jurusan!"
Mati, deh! Ada apa ini? Apa karena jawaban ujianku yang asal-asalan? Aku membayangkan kata-kata apa yang akan dikeluarkan Pak Eko nanti. Pasti aku akan dimaki habis-habisan di depan dosen-dosen lain. Jantungku berdebar cepat. Makin cepat seiring anak tangga yang kunaiki mencapai lantai tiga.
Kami berbelok ke kiri. Pak Eko dengan santainya memasuki Ruang Jurusan. Tanpa kata-kata. Aku berhenti sebentar di depan pintu. Kutarik napas panjang-panjang. Kuhela perlahan.
"Dina, masuk!" Pak Eko meneriakiku dari dalam.
Aku memejamkan mata sejenak. Mudah-mudahan tak ada satu pun dosen atau mahasiswa di dalam ruangan. Kuraih gagang pintu kemudian sedikit kuintip ruangan di dalam. Syukurlah, kosong! Aku tersenyum senang. Paling tidak, aku tidak akan dipermalukan Pak Eko di depan dosen lain.
"Tutup lagi pintunya, ya!"
Aku menuruti perintahnya. Lalu aku duduk di depan meja Pak Eko. Sekarang aku sudah lebih siap menerima hukuman dibanding kemarin. Pak Eko menatapku tajam. Aku takut. Aku menunduk.
"Kamu tahu kenapa saya panggil ke sini?"
Aku menggeleng.
"Nih! Apa ini? Saya temukan di lembar jawaban ujian kamu! Tulisannya sama persis dengan yang ada di lembar jawaban kamu," ucapnya seraya melempar secarik kertas kecil.
credit |
Kertas contekanku kemarin! Bodoh! Kenapa bisa ceroboh begini aku?
Aku masih belum mampu mengeluarkan suara.
"Cantik-cantik, kok, nyontek! Memalukan!"
Rasanya ingin hilang dari hadapannya.
"Menurut kamu, saya harus gimana kasih nilainya ini?"
"Saya siap ujian susulan, Pak."
"Di mata kuliah saya nggak ada ujian susulan!"
Aku bingung. Taktahu harus bagaimana lagi. Pak Eko berdiri menghampiriku. Jangan sampai aku ditamparnya. Aku hanya bisa menunduk dan memejamkan mata. Kemudian kurasakan tangannya merangkulku. Aku takut. Lalu diremas-remasnya buah dadaku.
"Diam saja kalau mau nilaimu selamat," bisiknya perlahan sambil mengecup leherku.
***
276 kata.
Based on true story. Semua nama yang digunakan bukan nama samaran. Tapi ending aslinya nggak begitu, ya. :D
Aishhhh......... wkwkwk,....baca yg terakhir langsung pegang leher mak...*Gubrak
ReplyDeleteaku aja yg bikin ceritanya bolak-balik merinding karena sambil mbayangin jadi Dina. -_____-
DeleteHiiiii mak kamu makin nakal.. pantesan aja gak ada orang dikelas merinding disko nih jadinya
Deletekelas mana, mak hana?
Deletewkwkwk endingnya gak nahaaan..semoga saja Pak Eko gak berkumis..weeeks
ReplyDeletePak Eko asli sih memang ga berkumis. Tapi badannya gede tinggi dan geliin :D
Deleteberarti mba Isti dah ketemu dengan pak Eko yg asli wekekekeke
Deletejadi ending aslinya gimana? *penasaran*
ReplyDeletehihihi silakan tanya aja langsung sama Mbak Dinanya :p
Deletekok serem ya ujungnya. kata saya lebih serem hal kayak gini dari pada yg horor2 hiii
ReplyDeleteiya ya... :(
DeleteNanya ya Mbak :), kalau berkata dalam hati bisa cukup ditulis miring gitu ya? . Dalam ceritanya mbak Is, saya sdh paham kalau yang di tulis miring itu perkataan dlm hati sebelum mbak jabarkan di paragraf berikutnya. :)
ReplyDeleteoke, thank's ya. i'll edit it :)
Deletelhi kok edit sich Mbak? wong saya ini bertanya. *garuk2 kepala.
Deleteiya bisa ditulis miring aja. Itu kalo ceritanya pake pov pertama ya. :)
Deleteamit -amit mbak dosen aku sampe kayak gitu.. huhuhuhu :((((
ReplyDeleteamit2 juga kalo dosenku ada yg begitu.. tp memang kadang ada 1-2 dosen yg seperti itu, ya...
DeleteNgeri banget ini ceritanya. Dosennya reseh... :|
ReplyDeletebanget :|
DeleteAhahaha ada sih yang beginian. Sunat aja dosennya sampe habis ^^
ReplyDeletewkwkkwkwk sunat! sunat! sunat! :D
Deletewhat?,trus abis leher kemana lagi...(Penasaran)..:)
ReplyDeletehiyaahh silakan berimajinasi :)
Deleteaiiihhh merinding disko leher sayyyaa.. bbbrrr
ReplyDeletejeb ajeb ajeb ajeb ajeb ajeb ajeb :D
DeleteHadooh...
ReplyDelete*langsung mual
jangan muntah di mari ya, kaka ;)
DeleteHuwaaaahhhh... endingnya bikin muaaaaalll mbaaaaak.
ReplyDeletehaduh, mbak orin juga mual... jangan muntah di mari ya mbak ...
DeleteTutup mata >.< gak berani liat
ReplyDeletega ada videonya ini, mak :p
Deleteoh ya aampuuun, dosen gila! tapi emang ada lho yg kaya gitu :(
ReplyDeleteIMHO, ruang jurusan kayaknya dengan huruf kecil deg mbak. karena tidak diikuti dg nama jurusannya :)
hmmm gitu ya? oke, aku edit nanti. makasih ya, pak. HBD :)
Deletehadoooh pengen ngegampar dosennya....
ReplyDeletegampar aja, mbak! saya dukung! :)
DeleteCeritanya bagus, walaupun ketebak endingnya.
ReplyDeleteOya, saya sepakat dengan mbak Uwien. Kalau sudah italic tidak perlu memakai keterangan "batinku". Lagipula FF ini memakai POV 1, jadi sepanjang cerita kita mendengarkan apa kata tokoh utamanya :)
wah, hebat, bisa ketebak endingnya dari awal! :)
Deleteiya, saya edit mbak sebentar lagi. makasih ya :)
Iya, soalnya FF punya Mbak, seperti perspektif lain dari FF punya saya. Walaupun tidak sama persis. Tapi saya langsung punya insting ke sana :D
DeleteUntung pak eko, coba kalo bu eka yg begitu ... Lebih ngeri lagi
ReplyDeletewkkwkwkwkwk lebih parah lagi inih :|
DeleteHaadeeeehhhhh..... Dosen bgni enaknya dilempar ke laut yg byk hiunya Mbak. Jd keinget slh stu dosen ku yg matanya suka jelalatan kmn2....... Jijay bajay.....
ReplyDeletepasti ada lah ya dosen beginian, guru SD pun ada. :|
DeleteWahahah serem ih.. wekkss.. jijay ngebayangin muka si dosen
ReplyDeletebayangin muka saya aja kalo gitu :p
Deletehiyaaaa hiyyyyy... *merinding disko* *knocks on wood*
ReplyDeletewah menakutkan
ReplyDelete