credit to @I_am_BOA |
Aku ingat pesan Ibuk sebelum pergi. Dan aku takut jadi anak yang durhaka jika tak menurut.
"Cuma Ibuk dan Bapak aja yang boleh sentuh kamu. Ingat, ya, Nak!"
Maafkan aku, Buk. Entah kapan Ibuk akan pulang. Aku takkuat lagi.
Hari sudah hampir petang ketika aku menginjak halaman rumah. Ladang, lebih tepatnya. Kulihat anakku terduduk di ayunan ban bekas-yang kami buat sejak ia masih dua tahun-dengan wajah yang murung. Kepalanya terangkat saat aku mendekatinya.
"Ibuuuuuk!"
Ia langsung memelukku sambil sesenggukan. Aku rindu tangan mungilnya. Aku rindu membelai rambut panjangnya. Aku merindukannya.
"Jangan menangis! Anak gadis Ibuk kenapa sedih?"
Ya, Tuhan! Lebam di matanya seakan memberitahuku bahwa ia ketakutan. Tangannya yang kecil gemetar memelukku. Aku taksanggup menatap wajahnya lama-lama. Pilu. Ngilu.
"Mana Bapak?"
Kutanya begitu, ia malah meraung sejadi-jadinya. Aku curiga. Aku tak mengerti apa yang terjadi selama tiga tahun kutinggal mereka ke Saudi.
"Bapak kenapa?"
Ia masih sesengguk.
Semilir angin dan megahnya senja yang seharusnya bisa kunikmati dengan teduh, kini malah mengantarkan bau menusuk. Kulari ke dalam rumah secepat mungkin. Takbisa kupanggil tetangga karena rumahku tepat di ujung desa, dikelilingi ladang. Lagipula ini sudah hampir malam.
Ketika kubuka pintu, bau itu menguak dengan bebasnya. Kucari-cari dari mana sumber itu berasal kemudian tiba-tiba napasku sesak melihat suamiku terbujur kaku di atas dipan. Dengan pisau yang menancap di atas dadanya. Bugil.
"Cuma Ibuk dan Bapak aja yang boleh sentuh kamu. Ingat, ya, Nak!"
Maafkan aku, Buk. Entah kapan Ibuk akan pulang. Aku takkuat lagi.
***
Hari sudah hampir petang ketika aku menginjak halaman rumah. Ladang, lebih tepatnya. Kulihat anakku terduduk di ayunan ban bekas-yang kami buat sejak ia masih dua tahun-dengan wajah yang murung. Kepalanya terangkat saat aku mendekatinya.
"Ibuuuuuk!"
Ia langsung memelukku sambil sesenggukan. Aku rindu tangan mungilnya. Aku rindu membelai rambut panjangnya. Aku merindukannya.
"Jangan menangis! Anak gadis Ibuk kenapa sedih?"
Ya, Tuhan! Lebam di matanya seakan memberitahuku bahwa ia ketakutan. Tangannya yang kecil gemetar memelukku. Aku taksanggup menatap wajahnya lama-lama. Pilu. Ngilu.
"Mana Bapak?"
Kutanya begitu, ia malah meraung sejadi-jadinya. Aku curiga. Aku tak mengerti apa yang terjadi selama tiga tahun kutinggal mereka ke Saudi.
"Bapak kenapa?"
Ia masih sesengguk.
Semilir angin dan megahnya senja yang seharusnya bisa kunikmati dengan teduh, kini malah mengantarkan bau menusuk. Kulari ke dalam rumah secepat mungkin. Takbisa kupanggil tetangga karena rumahku tepat di ujung desa, dikelilingi ladang. Lagipula ini sudah hampir malam.
Ketika kubuka pintu, bau itu menguak dengan bebasnya. Kucari-cari dari mana sumber itu berasal kemudian tiba-tiba napasku sesak melihat suamiku terbujur kaku di atas dipan. Dengan pisau yang menancap di atas dadanya. Bugil.
Jumlah 224 kata.
P.S: FF ini nggak akan dinilai. ^_^
Semakin merinding baca tulisan ini, mengingat akhir2 ini banyak banget pemberitaan mengenai kekerasan seksual. Hiks ...
ReplyDeleteini pun nulisnya sambil merindingg mbak. ;(
DeleteWaduh, kasihan anaknya punya bapak bejat. Apapun bisa terjadi di dunia ini ya
ReplyDeleteIya, betul mak.
DeletePesannya dapet mba, sayang ceritanya sudah bisa diduga,terlalu banyak clue mungkin?:)
ReplyDeleteIya, ya, kebanyakan clue-nya... Aslinya itu part 1 ga ada, tapi kupikir malah jadi gamang kalo ga ada clue di depan. Malah jadi kebanyakan ya... Oke, noted. Makasih Mbak :)
Deleteberarti pesan ibunya ada yang salah ya mak, bapak boleh menyentuh anaknya.
ReplyDeleteNah, itulah Mak. Aku skrg lagi ngajarin anak2, ga ada yang boleh liat kemaluan dan sentuh2 selain aku n papanya. Tapi kok tiba2 kepikiran beginian? Malah horor sendiri. -____-
Deletelama ga nulis, sekalinya nuli bisa bikin gubrakk begini. hehe...
ReplyDeleteNgga bikin gubrak banget kok Mbak. Masih banyak bolongnya :D
Deletemembangun suasananya keren mbak,
ReplyDeletetak pikir lari nya ke humor, ternyata sadistis...
salam kenal mbak.
Trimikisi, Mas Arif. :)
Delete