Melahirkan Amanda, Kurdistan, Irak Utara, 24 Januari 2016 |
Kenapa Melahirkan di Irak?
"Biar nggak usah repot bolak-balik Jakarta!"
"Jangan melahirkan di Irak, ah! Jauh, nggak ada saudara."
"Udah, di Jakarta aja yang aman! Ngurus apa-apanya gampang!"
"Kalau lahiran di Irak nggak ada yang nemenin. Bisa, nggak, ajak Mama ke sini?"
Butuh waktu berbulan-bulan bagi saya dan suami untuk memutuskan melahirkan di mana; Jakarta atau Suly; Indonesia atau Irak. Karena waktunya, nggak memungkinkan untuk bisa bolak-balik Jakarta-Suly dalam waktu yang singkat.
Karena anak-anak udah sekolah (udah bayar buat sekolah maksudnya :p), jadi harus ikut mikirin juga bolosnya gimana kalau dibawa ke Jakarta untuk melahirkan. Pasalnya, batas terbang internasional untuk ibu hamil adalah di usia kandungan 28 minggu, kalau penerbangan domestik masih bisa sampai 32 minggu. Nah, kan jadi repot. Pas 7 bulan saya sudah harus pulang, belum lagi kalau sudah sebulan melahirkan saya nggak berani langsung terbang bawa baby. Paling enggak tunggu sampai 3 atau 4 bulan, baru berani.
Perkiraan lahiran itu Januari, jadi saya harus balik ke Jakarta sejak November dan kembali lagi April atau Mei. Yah, itu sih sama aja anak-anak nggak bisa sekolah lagi. Tahun ajaran selesai Mei, awal Juni itu udah ujian akhirnya. Akhirnya diputuskan mau-nggak-mau untuk melahirkan di Suly aja. Dengan resiko, nggak ada Mama.
Sejak dua tahun yang lalu, pihak kantor suami nggak bisa lagi mengurus visa untuk keluarga pekerjanya yang bukan merupakan keluarga inti. Jadi, dalam hal ini, Mama saya nggak bisa ke sini. Dan mau nggak mau, saya harus berjuang sama suami kalau bayi udah lahiran nanti. Tapi alhamdulillah, setelah tanya sana-sini, akhirnya ada harapan untuk membawa Mama ke sini. Nanti saya ceritakan gimana mengurus visanya di posting-an lain.
***
Salah satu alasan terkuat yang membuat saya yakin untuk melahirkan di Suly adalah, dengan adanya rumah sakit yang baru saja di-launching dua tahun belakang ini. Buat teman-teman yang tinggal di Suly atau sekita Kurdistan, sepertinya kenal dengan rumah sakit ini, Faruk Medical City (FMC). Rumah sakit ini menjadi satu-satunya alasan saya bisa tetap aman dan nyaman melahirkan di Suly.
FMC Hospital, Sulaymaniyah |
Pasalnya, rumah sakit lokal di sini, kurang bisa saya "terima" untuk menangani calon bayi saya. Karena saya tahu bagaimana rasanya menjadi pasien di rumah sakit lokal sini, juga berbekal testimoni teman yang pernah menjalani rawat-inap di salah satu rumah sakit lokal sini juga, saya nggak akan mau melahirkan di Suly meski itu khusus untuk wanita hamil dan melahirkan saja.
Jadi rumah sakit lokal di Suly ada banyak, dan itu terbagi-bagi per wilayah dan kasus. Misal untuk ibu hamil dan melahirkan ada di rumah sakit yang ini, untuk anak-anak di rumah sakit lain, untuk rumah sakit lokal yang terpusat ada beda lagi. Dan dokter-dokternya, kayak yang udah "capek" dengan banyaknya pasien. Maklum, semua RS pemerintah di sini kan gratis, kalau pun bayar nggak akan mahal-mahal.
Kalau nerima pasien bisa tak terhingga, dan sistem ngantre-nya sesuai kedatangan. Siapa yang datang duluan, duduk di kursi yang paling dekat dengan pintu ruang dokternya. Kalau yang paling depan udah dipanggil, pasien lain bergeser ke kursi sebelahnya. Begitu seterusnya sampai dapat giliran kita.
Oh ya, yang saya kurang suka di RS lokal adalah penanganan terhadap pasiennya yang menurut saya agak kasar. Saya pakai kata "agak" supaya nggak terkesan frontal. Padahal memang begitu adanya. Mungkin bagi mereka cara menanganinya itu normal-normal aja. Tapi bagi saya, itu sudah dianggap nggak wajar. Dan pasien itu kan harusnya dibaik-baikin ya supaya nggak merasai sakitnya.
Khusus untuk emergency yang 24 jam, hanya bisa dilakukan di rumah sakit lokal pusat saja, yang letaknya dekat pasar. Kami biasa menyebutnya Ali Kamal, karena rumah sakit lokal besar ini ada di area Ali Kamal. Saya juga nggak tahu kenapa emergency di rumah sakit lokal lainnya nggak aktif jika malam hari. Pun di FMC. Jadi, kalau bisa, jangan sampai, deh, sakit dadakan tengah malam, ya, kalau nggak mau jauh-jauh ke Ali Kamal. Udah pasti ribet karena semua petugasnya nggak ada yang ngerti bahasa Inggris juga.
Kira-kira dua minggu sebelum saya melahirkan, I'am sakit demam berhari-hari. Setelah 3 hari demam nggak turun, saya bawa ke RS. Malamnya, tiba-tiba I'am mimisan banyak sekali. Saya dan suami berusaha tenang, tapi Mama saya yang panik. Kami bawa akhirnya ke FMC pukul 10 malam. Dan apa yang terjadi, Sodara-sodara? FMC tutup! Emergency-nya nggak buka kalau malam-malam, dong! Ke RS yang dekat satunya lagi juga begitu, emergency-nya tutup. Alhamdulillah-nya mimisannya udah berhenti, kami pulang aja. Ng, sampai di sini merasa rada aneh ya, RS besar tapi emergency-nya nggak ready setiap saat. :D
Balik lagi ke niat saya melahirkan di Suly.
Nggak niat buat ngiklan. Tapi, semenjak ada FMC, kesehatan saya dan keluarga merasa lebih terjamin di Suly. Hahaha. Bukannya apa-apa, FMC ini satu-satunya rumah sakit yang semua staff-nya berbahasa utama Inggris, baru disusul Kurdi dan Arab. Jadi, sebagai pendatang seperti saya, lebih merasa dimengerti. :D Maka itu saya berani memutuskan hamil selama di Suly, karena kontrol bulanan akan lebih terjaga. Juga melahirkannya.
(Baca posting-an saya yang ber-label #3Before30)
Proses melahirkan di rumah sakit ini, ya sama lah dengan rumah sakit di Jakarta. Yang bikin beda, kalau di FMC sini, paket melahirkan nggak termasuk stay di rumah sakit untuk 2 hari 1 malam buat yang normal, atau 3 hari 2 malam buat yang caesar. Di sini, paket biaya melahirkan hanya berlaku untuk stay di rumah sakit selama satu hari aja, biasanya sih cuma 12 jam sejak bayi dilahirkan. Kalau mau menginap, artinya kita harus ngeluarin duit lagi buat bayar kamar. Ngek-ngok!
RS lokal lain, gimana? Sama. Teman saya yang melahirkan di RS lokal. Memang, sih, gratis, dan alhamdulillah dia bisa normal. Tapi, dia lebih ajaib lagi; lahiran jam 10 pagi, pulang jam 3 sore. Ehehehe. Hehehe. Hehehe. *nyeri*
Karena di FMC itu dokter kandungannya cuma satu-satunya (tapi beliau spesialis IVF juga), jadi sejak jauh-jauh hari harus ngabarin pihak RS-nya kalau kita mau lahiran secara normal. Lalu, ketika hari H tiba, kita nggak bisa seenaknya datang ke RS tengah malam buta langsung cuss ke ruang bersalin. Nggak bisa!
Dokter kandungan saya dulu, lupa namanya, beliau asli Turki. |
Kita harus lapor ke satpam di pintu gerbang RS dulu, kemudian mereka yang menghubungi dokternya bahwa ada pasiennya yang mau melahirkan. Setelah si dokter bilang, "Oke," barulah pintu gerbang dibuka dan kita bisa masuk. Untung aja waktu itu saya masih pembukaan 2, lah kalau ke RSnya udah pembukaan 8 gimana? Bisa-bisa jebrol di dalam mobil! *serem*
Oh ya, melahirkan di sini, kita harus menyiapkan sejumlah uang cash untuk bayar biaya persalinannya. Di sini sepertinya belum terbiasa bayar pakai kartu kredit atau debit. Jangankan bayar biaya RS, beli barang-barang furniture atau rumah dan mobil sekali pun, bayarnya pakai cash, lho! Teman saya yang menikah dengan lelaki Kurdi dan tinggal di Suly, punya brankas untuk menyimpan semua tabungannya. Bank? Ada, tapi warga lokal sini lebih percaya menyimpan uangnya sendiri. Lagipula, di sini memang rendah, kok, tingkat kriminalitasnya.
Baca: Siapkan Uang Cash Kalau Mau Beli Rumah di Kurdistan
Terus, wajar aja, sih, kalau teman-teman saya dan suami nanyain, "Kok berani banget melahirkan di Suly?" Ya, mau gimana lagi. Ini memang udah keputusan saya dan suami. Dan kami juga berani karena adanya rumah sakit yang kredibel itu. Kalau nggak ada, ya lain cerita.
Intinya, nggak perlu takut untuk melahirkan di Irak. Khususnya di Sulaymaniyah, Kurdistan. Kalau kamu tinggal di Suly, saya sih rekomendasiin banget rumah sakit FMC itu. Dokter-dokternya juga lebih berpengalaman, dan bisa dipercaya. Semoga posting-an saya ini menjawab pertanyaan teman-temin.
Sooooo, nggak usah khawatir buat teman-temin yang sekarang tinggal di Suly berencana pengin hamil dan melahirkan di sini. So far so good. Aman-aman aja. Pelayangan oke, fasilitas lengkap, selama masih di RS tempat saya itu tapinya, ya. Kamar rawat inapnya nggak ada kelas-kelasan, jadi semua sama satu pasien per kamar. Malah lebih enak, kan? Ya, walaupun saya tahu nggak akan ada teman perempuan saya di Suly yang baca blog saya hahaha.
Cuss ah, kalau masih ada yang nanyain saya lagi tentang melahirkan di Irak? Why not!
Deg degan baca ceritanya Mbak. Btw, saya pas bersalin anak kedua itu datang ke klinik udah bukaan 10. Perut rasa mau jebol pas di dalam mobil perjalanan menuju ke klinik >,<
ReplyDeleteAlhamdulillah... selamat ya Bu Isti :D
ReplyDeleteAmanda bebi bala-bala cantik semoga jadi anak yang sholehah dan berbakti kpd kedua orang tua.
Oiya, saya yusuf, Bu Isti (>_< )
Insyaallah akhir bulan ini yusuf bersama 30 orang dari indonesia akan bekerja di FMC..
ya ampun...harus lapor dulu ke satpam,kayak mau namu ya mak hehehe..
ReplyDeleteUGD yang tidak melayani 24 jam itu bikin deg-degan ya.. Selamat mbak atas kelahiran bebi nya.. Semoga sehat ^^
ReplyDeleteterharu saya bacanya mba...
ReplyDeletesemoga Allah senantiasa menjaga keluarga sampean yah...
maksih juga nih, jadi harus tambah sayang istri kayaknya nih, soalnya udah banyak banget pengorbanan seorang wanita buat melahirkan
salam kenal mba..
Lahiran dimana aja gak masalah ya. Rumah sakitnya besar jug aya
ReplyDeletewaktu lahiran Fira kemarin juga aku memikirkan, Jakarta atau Cilacap, masih sama-sama Indonesia sich. Faktor pemikirannya juga karena malas bolak balik dan Faiz sudah sekolah.
ReplyDeleteAlhamdulillah ya Masih Ada RS seperti FMC. Sehingga lahirannya bisa Lebih nyaman.
ReplyDeleteAlhamdulillah juga Sehat dan Selamat. ;)
Gak bisa banyangin klo posisi lahiranya emergency kayak aq dl deh...yg pnt manda sehat dan selamat mbak isti juga...udh paake clana jeans je....hahahaha
ReplyDeleteGak bisa banyangin klo posisi lahiranya emergency kayak aq dl deh...yg pnt manda sehat dan selamat mbak isti juga...udh paake clana jeans je....hahahaha
ReplyDeleteWaw, cukup mengerikan yah. Masih enakan di Indonesia yah, hihi
ReplyDeleteAgak serem juga ya, baru melahirkan tidak rawat inap :)
ReplyDeleteserem juga ya, ga ada UGD buka 24 jam... trus kalo kasus emergency gimana atuh?? tetep nunggu RS-nya buka dulu??
ReplyDeletePengalaman yang tak terlupakab ya Mba'.. ��
ReplyDeleteSemoga sehat Ibu dan bayi, salam kenal Mba'.. ��
Selamat y mba, semoga sehat sll ^^
ReplyDeleteselamat yah mb semoga sehat selalu , bener-bener supermom
ReplyDeleteBarakallah yaa mba...
ReplyDeleteSempet mikir juga, mba Isti lahirannya normal aja kudu lapor satpam ya. Gimana klo kondisi urgent kudu cesar..dan cesarnya dadakan...halah saya ga bisa bayangin -_-
Waduh penuh perjuangan yah. Alhamdulillaah semuanya lancar
ReplyDeleteEnaknya, sekamar cuma seorang. Dan semua pasien sama. Tapi ya, lapor satpam itu lho yg bikin aduh duh duh.. :)
ReplyDeleteduh, ngakak pas bagian lapor satpam.. heu kan mau lahiran ituuuuu...
ReplyDeleteTernyata RS Indonesia jauh lebih baik ya.. tp jadi kurang bersyukur.. pelayanan kurang dikit, udah bikin surat terbuka jelek2in pemerintah..
ReplyDeleteSelamat mbak atas kelahirannya..
Alhamdulillah diberikan lancar barokah. Saya juga lagi nungguin anak kedua nih mbak, Mega sekarang udah hamil 6 bulan, insyaAllah sih bulan Juli lahiran. :)
ReplyDeleteSelamat lahiran mbak.. Semoga bayinya sehat,, ibunya pun sehat..
ReplyDeletepertama sya ucapkan slamat ya bunda atas klahirana naknya
ReplyDeletedi luar topik, gmana ya mbak perkemabngan Irak sekrg ini?
slamat mbak atas klahiran anaknya, smoga jadi anak shalih yaa nakk :)
ReplyDeleteOke jugaaa ya di Sully. Aku pengalaman melahirkan 2 anak jauh selalu dari tanah air juga.. Dan malah santai plus ngg heboh hehehe
ReplyDeletewaduh deg2an bacanya :D artikelnya dramatis bgt dah hahaha
ReplyDelete#lebay -_-
Bacanya aja dah ngerasain ngilunya, apa lagi ngerasinnya, he
ReplyDeletesusahnya hidup di negeri orang, mau melahirkan saja ribet banget
ReplyDeleteSelamat lahiran mbak.. Semoga bayinya sehat,, ibunya pun sehat.. Aminn
ReplyDelete