Antara CGK-DXB dan DXB-ISU (14 Jam di Dubai)

9.11.2012

Tentunya ini bukan hari pertama saya menginjakkan kaki di kota yang (memang) tampak gersang. Kira-kira sekitar 7 bulan yang lalu saya dan anak-anak pertama kali tiba di Sulaymaniyah, Kurdistan, tepatnya di bagian utara negara Irak. Berbagai macam gundah-gulana dan penasaran akan tempat baru ini (sedikit) sirna. Sedikit, karena memang pada waktu tiba di sini hari sudah gelap dan hampir larut, jadi saya tidak bisa menikmati panorama kota.

Selama perjalanan menuju Suly (sebutan Sulaymaniyah) dari Jakarta, seperti biasa, saya selalu deg-degan kalau sedang bepergian, apalagi waktu itu bepergian jauh. Jauuuuhhh sekali. Yang ada di pikiran saya hanyalah kapan tiba di tempat tujuan dan seperti apa di sana nantinya, dan tentu saja, semoga anak-anak saya tidak rewel di tempat baru nanti.

Dari Jakarta, pesawat Emirates yang kami tumpangi terbang pukul 00.30 am WIB. Karena anak-anak masih terlihat segar, kami ajak main-main sebentar dengan layar monitor yang terdapat di masing-masing kursi. Taklama kemudian mereka pun tertidur, lalu datanglah makanan. Saya bersusah payah makan karena sambil memangku Shaki yang sedang tidur. Kami tidak diberi baby bassinet karena menurut pramugarinya keadaan sedang urgent bahkan seluruh penumpang diwajibkan mengenakan sabuk pengamannya terus selama perjalanan. Baby bassinet sangat penting bagi penumpang yang membawa bayi di bawah 2 tahun. Kita hanya perlu memesan kursi yang bisa disediakan baby bassinetnya (biasanya kursi-kursi di depan yang jarak kakinya lebih luas.

Mungkin beda-beda kali ya bentuknya, ga semua pesawat sama bassinetnya seperti ini. Saya sendiri juga belum tau kayak apa penampakannya. Ini fotonya saya dapet dari sini

Perjalanan dari Jakarta sendiri memakan waktu kurang lebih 8 jam di atas pesawat menuju Dubai untuk transit, kemudian berangkat lagi ke Suly sekitar 3,5 jam (eh apa kebalik ya? Lupa). Total perjalanan udara sekitar 11,5 jam dan dihabiskan hanya duduk sembari memangku Shaki yang waktu itu tidak beruntung mendapatkan baby bassinet (karena darurat). Total perjalanan udara tidak lebih lama dari total transit selama di bandara Internasional Dubai. Transitnya cukup panjang, 14 jam. Terus, ngapain aja? Karena ada anak-anak, jadilah booking 1 kamar hotel di dalam bandara. Kami check-in sekitar pukul 6-7 pagi waktu UAE. Lumayan menenangkan, dan mencengangkan. Menenangkan karena akhirnya anak-anak bisa istirahat dengan enak di pulau kapuk yang super empuk, mencengangkan karena ransel suami saya raib.

Kami baru sadar ranselnya raib ketika sibuk mencari diapers anak-anak dan susu formula I'am. Karena sudah sangat urgent sekali (I'am pup), suami saya langsung keluar mencari minimarket untuk membeli beberapa diaper  dan sarapan. Setelah selesai istirahat, kami keluar sebentar untuk sekadar jalan-jalan di bandara, kali aja dapet sesuatu yang bisa dibeli gitu.

Norak, baru tau eskalator datar tuh ya di sini ini. Hihihiih... Mangap ya, sodara-sodara, teman kalian ini bisa norak juga ternyata, hahhaha. Itu lagi si I'am rambutnya berantakan banget deh

Namanya aja Bandara Internasional, pastinya ruameeeee banget. Tapi ramenya di sini asli penumpang-penumpang pesawat dari berbagai macam negara, ga kayak bandara internasional kita, Soetta, yang rame sama orang-orang numpang tidur dan jualan *tepokjidat*  Oh ya, ada fasilitas baby stroller yang bisa dipakai siapa pun selama berada dalam bandara.Jalan-jalan di bandara ga begitu mengasyikkan, apalagi bawa anak-anak yang ribut. Aseli, cuma jalan-jalan dan lihat-lihat doang! Lah, emang mau ngapain? Yaaa belanja kek dikitan ya, apaaa gitu yang khas Dubai. Tapi ya namanya di tempat umum, barang murah jadi mahal, apalagi barang yang mahal ga akan jadi mahal tapi lebih mahal. Eh, tapi belanja ding, beli susu I'am, botol susu, sama band aid (halah, plester luka gitu, gaya beut dah...).

Ini baby strollernya. Padahal kita sendiri bawa, tapi pas mau masuk pesawat itu strollernya ga boleh dibawa, jadilah dimasukin ke bagasi, hiks hiks. Semoga strollernya baik-baik saja.

I'am seneng banget ketemu mobil, merah pula. Biar kata ga beli, yang penting gaya di depannya sambil terus bolak-balik minta lewat booth Ferrarri mulu #hadeh

Jalan-jalan selesai, waktunya beli makan siang. Lagi-lagi bingung mau makan apa. Sejak pagi, kami belum sarapan nasi (kebiasaan nih, belum makan namanya kalo belum makan nasi, ga bisa deh jadi orang bule hahha). Rasanya kayak kangen berbulan-bulan pengen ketemu tapi terhalang terus. Padahal baru aja sekali ga makan nasi. Akhirnya beli roti deh, roti isi daging, aduh lupa namanya apaan. Yah, lumayan mengganjal perut lah. Jalan-jalan ini sedikit melupakan kami akan ransel yang raib itu. Isinya ada laptop, pakaian ganti anak-anak, susu I'am, botol susu, mainan anak-anak.

Selesai jalan-jalan, balik lagi ke hotel, makan siang terus mandi dan siap-siap check out. Ketika check-out, saya ingatkan suami untuk lapor pada resepsionisnya bahwa ransel telah raib. Kami juga ga tau pasti raibnya dimana, yang jelas, seingat kami, sewaktu check-in kamar tasnya ada dan ditaruh di sofa lobi utama. Kemungkinan raibnya setelah selesai check-in , karena kami langsung sibuk dengan anak-anak menuju lift. Bisa jadi ransel tertinggal di sofa dan resepsionis ga mau ngabarin. Tapi anehnya mereka kenapa ga mau tanggungjawab gitu yah, kan kami pelanggannya? Kenapa juga ga liat di CCTV aja, karena selain kami ketika check-in ada orang lain juga, bisa aja kan ranselnya dibawa orang itu?

Kami kecewa dengna pelayanan hotelnya. Kami udah istirja, tapi tetep aja ya namanya hilang gitu ada laptopnya lagi. Kebayang-bayang terus deh. Kami berjalan menuju terminal 3 dan selama di perjalanan kami harus melewati beberapa scanner barang bawaan. Salah satu petugasnya tampak tertarik dengan kami, mungkin melihat raut wajah Asia yang kami punya. Ia berbincang-bincang dengan suami saya, sampai pada akhirnya suami saya cerita tentang raibnya ransel yang entah dimana letaknya. Petugas itu pun menanyakan apa aja isi ranselnya. Setelah suami saya menjawab pertanyaan-pertanyaannya, ia menoleh ke belakang dan memanggil petugas lain. Lalu suami saya diajak ke sana. Dan ternyata mereka memegang ransel suami sya, sodara-sodara. Alhamdulillaah ya Alloh, ranselnya ga jagi hilang. Suami saya mengecek isi tas, dan kemudian mengisyaratkan bahwa benar tasnya itu milik kami. Kami pun tenang menikmati perjalanan selanjutnya.

Nah, di belakang saya itu tempat scanner barangnya, itu juga ada petugasnya, ga keliatan yah, heheh... Bisa senyum bahagia setelah ransel ketemu. Ransel ransel... #dora

Ih, kucel banget deh gue di poto ini. Mana baju ama celana ga nyambung, lagi *tepokjidat*. Ini foto di depan pesawat Fly Dubai, sesaat sebelum terbang

Pesawat Fly Dubai kami terbang pukul 6.30 pm UAE. Selama di dalam pesawat, alhamdulillaah anak-anak ga rewel. Tapi ada cerita lucu ketika pesawat hendak landing. Tiba-tiba I'am mengejan lalu bilang, "Papa, I'am ee". Rasanya ya, kayak denger kabar menakutkan. Udah mau landing, di mana penumpang semua harus pake sabuk pengaman, I'am minta cebok ke kamar mandi, dan ga mau duduk di kursi apalagi dipangku. Dia cuma mau DIGENDONG. Yak, lengkaplah sudah perjalanan kali ini, hahhaah... Akhirnya begitu pesawat landing sempurna, kami langsung cari-cari toilet. Eits, tapi tunggu dulu. Begitu masuk ke dalam bandara, kami masih harus mengantri lagi untuk cek paspor dan sebagainya. Bisa kebayang ya semerbaknya pup I'am selama mengantre? Wkwkkwkwk yang kasian sih orang-orang yang ngantre deket-deket kita, bakalan dapet wanginya juga.

Oh ya, begitu turun dari pesawat tadi, udara udah mulai terasa dingin. Yup, pada waktu itu masih winter. Angin kencang dan dingin di malam hari pukul 11 pm Irak. Selesai mengantre urusan paspor, kami bagi tugas. Saya dan Shaki duluan ke depan menunggu orang yang menjemput kami, suami saya ke toilet bersama I'am. Saya dan Shaki langsung menuju mobil jemputan lebih dulu, dan masyaAlloh ya di luar itu duinginnnnn banget. Saya ga tau berapa derajat suhunya, tapi yang pasti dingin. Saya udah pake jaket tebal, dan Shaki saya gendong pake babywrap, lumayan menghangatkan badannya. Waktu itu sih Shaki baru setahun umurnya, badannya juga ga gede-gede amat, jadi pake babywrap masih nyaman dan enak, ga pegel.

Kurang lebih pukul 00.30 dini hari kami tiba di apartemen, yang belakangan saya baru tahu bahwa nama apartemennya adalah Goizha City. Saya kira apartemen itu punya lobby di lantai dasarnya, ternyata engga. Heheh, norak ya saya, ga pernah main ke apartemen sih. Sampai apartemen langsung menuju kasur. Ga peduli koper-koper belum diberesin, yang penting istirahat duyuuuu...

Sekian cerita perjalanan saya antara Jakarta-Dubai dan Dubai-Sulaymaniyah yang mengharuskan transit selama 14 jam di bandara. Terimakasih sudah mampir ke mari :)

3 comments :

  1. Seru ceritanya:-)
    boleh share ngak mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. haloo rismawati..
      boleeeh banget kok, say. terimakasiih ya udah mau ngeshare :)

      Delete

Thank you for read my story. I would be very pleased if you leave a comment here. ^__^