"Sudah tanggal 25 Januari. Usiamu sepuluh tahun sekarang, Nak!" ia mulai bersuara.
"Kamu masih ingat? Betapa Ibu menginginkanmu saat itu. Ibu tetap ingin melahirkan normal, supaya tidak merepotkan semua orang dengan biayanya. Ibu menolak tawaran dokter untuk dioperasi. Hih, katanya usia kamu di perut sudah lebih dari 40 minggu. Makanya Ibu harus segera dioperasi. Ah, Ibu tidak percaya. Ibu hanya percaya, kamu belum mau dilahirkan saat itu, karena memang belum ada tanda-tanda dari kamu."
Ia menarik napas panjang.
"Pada akhirnya kamu bisa lahir juga, kan, tidak perlu dioperasi? Kita berhasil! Ibu sempat melihat kepalamu keluar. Iya, Ibu lihat! Ibu lihat kepala mungilmu itu! Lucu sekali!" katanya berapi-api.
Kemudian ia terdiam lagi. Matanya nanar. Bibirnya bergetar.
"Tapi kamu lahir tidak menangis. Kamu hanya diam. Kamu tidak sayang sama Ibu? Hah? Kenapa kamu tidak menangis saat dokter memukuli bokongmuuu? Kenapa setelah lahir kamu malah mati?! Kenapaaa!" ia mengisak dan mulai memukul-mukuli nisanmu.
Aku segera mendekatinya.
"Ayo, Bu, kita pulang dulu. Kasihan anak kita, biar saja dia tidur tenang dulu."
Ia terdiam. Lalu menciumi nisanmu.
"Tapi, besok kita ke sini lagi, ya? Besok, kan, tanggal 25 Januari."
Aku mengangguk dan tersenyum padanya. Kemudian kami berjalan keluar dari pemakaman. Kugandeng tangannya mesra seperti saat kami pacaran dulu. Ada rasa sesak di dalam dada, setiap keluar dari pemakaman ini.
"Yeee, ada kakek-nenek pacaran di kuburan!" teriak salah satu anak kecil meledeki kami.
"Enak aja Nenek-nenek! Emang lo nggak lihat apa muka gue mulus begini?" hardik istriku.
****
Duh, kesian :(
ReplyDeleteiya. kasian suaminya juga. :(
Deletenggak jadi sedih.. endingnya dudul :)))
ReplyDeletehihihihi. :D :D
DeleteBingung mo sedih apa ketawa. Dhiasar si nenek x)))))
ReplyDeletenenek gaul dikuburan :|
ReplyDeleteduh, baru aja mau sedih dan terharu.. eh.. endingnya lucu...
ReplyDeleteNano-nano rasa FFnya :D
ReplyDeleteYang saya tangkap kok, sepertinya sang istri agak terganggu psikisnya setelah kehilangan anaknya. :'(
ReplyDeleteIya bener, Mak. Itu yg mau aku tunjukin di ceritanya. Makanya aku taro kalimat terakhirnya begitu. :)
DeleteE jiahhhhh gak jadiii
ReplyDeleteBagus kisahnya
ReplyDeleteSalam hangat dari Surabaya
duh terharu...tapi endingnya memang lucu
ReplyDeleteendingnya asik mbak... :D
ReplyDeletekasian ya.. begitu terpukul sampai gitu :(
ReplyDeleteendingnya bikin ilfil --"
ReplyDeleteHahahahahahahahaha :)))
ReplyDeleteMoodnya langsung bubar di ending :))))))
sediiiiiih maknyes. pas nyampe ending jadi "lho kok?"
ReplyDeleteHa..ha.. saya gagal fokus.
ReplyDeleteMau sedih tapi ujung2nya malah ketawa (^0^)
kalimat terakhir dari nenek itu mengganggu kekhusyukan kalimat sebelumnya. soalnya tiba-tiba dibuat untuk ketawa
ReplyDeleteSi nenek itu terganggu jiwanya, Mbak. Jadi dia masih merasa muda terus, gitu.
DeleteSediihh :((
ReplyDeleteKasian ya :(
Delete