Malam ini aku menghibur seorang lelaki muda, yang katanya mencintaiku. Entahlah, aku tak pernah lagi percaya dengan cinta. Aku lebih memilih hidup sendiri daripada harus berdampingan dengan lelaki. Aku pernah sakit hati oleh seorang lelaki, yang dulu menghamiliku ketika usiaku 16 tahun.
Rasa sakit hatiku masih membekas hingga sekarang. Apalagi sejak kelahiran bayiku itu, aku tak sanggup menahan beban. Aku beralih profesi menjadi wanita penghibur untuk menyambung hidup. Ironisnya, bayiku diculik entah oleh siapa ketika aku sedang "bekerja".
Ah, sudahlah. Mengenangnya hanya akan menambah luka saja. Barangkali saja suatu saat nanti aku bisa bertemu dengannya lagi. Anakku punya ciri khas di wajahnya. Tanda lahir yang sedikit besar di bahu kanan, dada, dan paha kirinya. Ketika ia lahir, aku sedikit malu karena di tubuhnya banyak sekali tanda lahir. Tapi sekarang, aku cukup bahagia karena suatu saat pasti bisa bertemu dengannya kembali.
Tak seperti pelangganku lainnya, ia membebaskanku untuk memilih tempat dan datang lebih dulu setelah ia pesan kamarnya. Dan di sinilah aku, menunggu seorang lelaki yang, dari suara di telepon, memang terdengar masih muda.
Tok tok tok.
Ah, pasti dia. Kutanggalkan seluruh pakaian yang membalut tubuhku dan kusisakan sehelai kain yang bernama lingerie di badan.
"Hai, lama, ya?"
Ah, tiba-tiba deja vu menyerbuku. Aku tak menjawab dengan kata, hanya senyum nakal dan sebuah lirikan mata ke arah ranjang.
Lalu kami saling beradu bibir, lidahku menjulur dan ia mendorongku perlahan menuju ranjang.
"Aku malu dengan tubuhku," katanya.
Lampu kumatikan. Remang. Hanya ada suara desahku dan nafasnya yang membara. Dan sebuah gambar menara cinta di atas ranjang.
Ini tak seperti aku yang biasanya. Dan ia tak seperti pelangganku yang biasanya. Entah kenapa, ada perasaan yang berbeda darinya.
"Ternyata wajahmu tak setua usiamu."
"Dan mulutmu tak semuda usiamu."
*
Aku tertidur di atas dadanya. Ah, sudah pagi ternyata. Kulihat wajahnya yang rupawan, jelas sekali dengan sinar matahari yang mengintip melalui celah gorden di jendela. Aku duduk memandanginya.
Aku terkesiap pada bercak coklat-hitam di dadanya. Deja vu lagi. Lalu kulihat bahu kanannya. Dan paha kirinya!
Di bawah menara cinta, aku telah bercinta dengan anakku...
***
whatttttttttttttt???
ReplyDeletemama nakall :P
waaa selamat maak... pertamax! :p
Deletemamanya emang nakal dari abege nih :D
oppsssss,.....imajinasi nya mba Istiadzah lebih dahsyaaattttt *_*
ReplyDeletehaduuuh maak... *nurunin kuping sebentar*
Deletejangan gitu ah, langit fiksimu lebih keren *minta tanda tangannya dong* :D
Waduuhhh.... :)
ReplyDeletemantep nih :D
ReplyDeletemakasii mak udah berkunjung :)
Deleteaisssh *tutup mata*
ReplyDeleteMakasih udah ikutan GA-nya ya mbak :)
sama2 mak... seneng deh ikutan GAnya, menggali imajinasi terus :)
Deletewaduh, si mama ini.. :)
ReplyDeletesemoga dia jera ya..
DeleteWaduwwww....
ReplyDeleteSangkuriang, era baru
iya nih.. kacau dunia persilatan :D
DeleteSerem ih...hehe...
ReplyDeletega ada mba kuntinya kok, mas/mba :)
Deletei knowww it, hihi gk kyk kucing ini mah bacanya hihihi
ReplyDeletebacanya sambil merinding2 ga jelas gitu ga, nu? wkwkkwkwk
Deleteih...kok gitu sih bu? bagus mak ceritanya...tambah liar...:-)
ReplyDeletemakasii mak Nunung :)
Deletewow.. kerennn... kok bisa dapat ide seperti itu Mak?
ReplyDeletemantapppp... *acungin 2 jempol*
hihihi, saya suka aja kalo udah nulis yg beginian, wkwkkwkw *tepokjidat*
Deleteeh eh eh... *tutup mata* saya kan belom 18 tahun maaakkk...
ReplyDeleteumur 18 taunnya kelewat ya mak? wwkkkwkw loncat :p
DeleteTidaakk, gak sanggup liat, eh membayangkannya, tapi rangkaian kata2 nya renyah banget deh mak, enak sampe akhir, yummy..
ReplyDeletealhamdulillaah.. makasii, mak helda :)
DeleteWuih mantep nih FF-nya
ReplyDeleteAku kalah :)
ah si mak rahmah ini merendah.. punyamu juga menjebak sekali, kok.. aku suka :)
Delete