Ekspedisi Berhantu

9.23.2013

Salah satu sudut gedung bekas rumah sakit
di Tangkahan Lagan, P. Berandan. Foto ini diambil sekitar 8 tahun lalu
oleh credit

Sudah beberapa minggu ini aku bersekolah di tempat baru dan di kota yang baru kukenal. Pangkalan Berandan. Kota kecil, namun besar pengaruhnya untuk negara kita, yaitu dengan adanya minyak. Tak ada yang menarik di kota baruku ini, tapi ada sesuatu yang membuat bulu kudukku merinding.

"Eh, aku dengar-dengar katae di sini ada rumah sakit angker? Yang mana?"

"Iya, di TL. Tangkahan Lagan. Waktu masih dipakai dulu pun udah angker kali. Kenapa rupae?" jawab Ferry, salah satu teman baruku.

"Waktu Tulang* aku sakit di sana, ada suster yang masuk ke kamarnya tengah malam. Besoknya, rupae tak ada suster jaga tengah malam yang keliling!" sambung Kijun, yang membuat bulu kudukku merinding.

"Ha, pas Bapak aku sakit pernah disuruh rawat inap di lantai empat! Itu yang paling angker! Kata orang-orang, kalau ada pasien di lantai empat, biasanya suka didatangi kakek-kakek tengah malam. Kakek-kakeknya berdiri aja dekat jendela, tau kau! Tak maulah Bapak aku di lantai empat, minta dipindahi ke lantai dua," Ronal pun ikut bersuara.

"Ah, yang betol! Percaya kali kelen sama hantulah!" aku berusaha menampik. "Cemana kalo kita ekspedisi ke sana? Macam pemburu-pemburu hantu di tipi-tipi tulah!"

Mereka terdiam, kecuali Angga. Bukannya apa-apa, hanya Angga yang belum tahu seluk-beluk rumah sakit tersebut, selain aku. Karena Angga juga pindahan dari luar kota ini.

"Bukane aku takut, Gif. Tapi memang angker kali di sana," Ferry buka suara.

"Ah, usah percaya kali napa? Maka itu, kita buktikan ke sana! Aku setuju sama Agif. Aku pun penasaran macam mana rumah sakit e," seru Angga berapi-api sambil melirikku.

Suasana masih hening di sudut sekolah baruku ini.

"Alaaaaah, macam anak-anak kali kelen! Ayolah! Udah SMA pun kita, usah percaya sama takhayul tu! Pulang sekolah, kita ke Wak Perlis untuk minta jampi-jampi!"

***

Sabtu sore menjelang Maghrib, kami jadi berekspedisi ke gedung bekas rumah sakit tersebut. Gedungnya sendiri berada di dalam komplek perumahan yang kini mulai sepi penghuni. Dan, gedung tersebut berada jauh di dalam, jauh dari mana-mana. Aku berandai-andai bagaimana cara pasien dulu yang berobat ke sini jika mereka tak ada kendaraan pribadi, mengingat tak ada satu pun angkutan umum yang diperbolehkan masuk ke dalam komplek? Ojek pun jarang ada di kota ini.

Pencahayaan masih terang dari ufuk Barat. Matahari masih enggan meninggalkan peraduan rupanya. Gedung ini terlihat menyeramkan dari luar, padahal baru tiga tahun tak terpakai. Dengan berkalung bawang putih, kemenyan putih, dan benang tujuh rupa pemberian Wak Perlis, kami siap untuk menaklukkan makhluk gaib di rumah sakit ini.

Kondisi dalam rumah sakit berantakan. Di lobi utama, kursi-kursi di ruang tunggu beserakan, kertas-kertas dari meja loket pendaftaran yang sudah menguning betebaran, gagang telepon yang tergeletak di lantai, dan entah apa lagi yang ada di dalam. Lambat laun matahari pun tenggelam, dan kami resmi menggunakan beberapa senter sebagai alat bantu penerangan.

Salah satu temanku, Kijun, yang sedikit ketakutan, sibuk komat-kamit membaca ayat kursi sekenanya. Kubilang sekenanya, karena berhentinya tidak keruan. Rupanya ia terlalu tegang hingga melupakan urutan ayatnya.

Lain lagi dengan Ronal. Ia terus-menerus memegang senter kuat-kuat dengan mata terpejam! Hahaha! Aku hampir mengikik melihat tingkah teman-temanku. Entah kenapa, aku sekali tak merasa ada yang perlu ditakuti. Aku terus melangkah ke depan kemudian belok ke kanan.

Kumasuki lorong. Di belakangku ada Ferry. Angga bersama Ronal dan Kijun berbelok ke kiri, memasuki lorong lainnya. Ferry tak henti-hentinya membaca doa, dengan bahasa Indonesia. Ah, lebih tepatnya dengan bahasa sehari-hari. Lucu juga mendengarnya.

Ada dua pintu yang berhadapan di sisi kiri dan kanan kami. Aku memutuskan masuk ke salah satunya. Kucoba memutar kenop pintu, terkunci. Aku berbalik kemudian membuka pintu satunya. Klek. Terbuka.

Ada beberapa tempat tidur di sana, yang pastinya juga sudah berantakan. Entahlah, apa ketika mereka berbenah untuk pindahan tidak sempat merapikannya dulu sebentar? Atau bagaimana? Aku tak tahu. Kuarahkan senterku ke salah satu tempat tidur. Tak ada apa-apa. Kami keluar.

Kusoroti pintu yang baru saja kumasuki. Ruang Jenazah. Bulu kudukku langsung merinding. Ferry yang sedari tadi mengekoriku, langsung mencengkeram tanganku kuat. Aku tahu ia pasti sudah ketakutan.

"Omak! Ruang jenazah pula! Gif, cepatlah! Aku dah ngeri kali di sini!"

Tebersit untuk mengerjainya sedikit. Kuletakkan senterku tepat di bawah dagu mengarah ke atas. Kemudian aku berbalik menghadap Ferry.

"Aaaaakkk!"

"Hahaha!" aku langsung terbahak-bahak melihatnya histeris.

"Anjing kau, ya! Tak tahu kau aku udah setengah mati ini!"

"Hahaha!"

"Woi! Siapa di dalam?!" tiba-tiba saja ada suara menggelegar yang mengejutkan kami.

Aku dan Ferry langsung berlari keluar hendak menuju motor kami masing-masing. Ferry tergopoh-gopoh, ia tertabrak kursi yang berantakan di lobi utama. Dan aku tak sengaja menginjak salah satu kaki orang, senterku pun terjatuh. Tanpa pedulikan senter, aku terus berlari.

"Cepat, Fer!"

Aku dan Ferry berhasil keluar, kemudian kami bersembunyi di balik pohon depan gedung. Kulihat Angga dan yang lainnya pun lari terbirit-birit, tampaknya. Karena aku mendengar suara derit sepatu dan orang tertabrak kursi. Dan, suara menggelegar tadi.

"Awas kelen, ya! Ngapai kelen di sini? Ha?" suara itu begitu menggelegar dari dalam.

Kulihat Angga, Ronal, dan Kijun keluar dari lobi utama. Tanpa aba-aba, Ferry langsung memanggil mereka untuk berlari ke parkiran motor kami.

"Cepat, woi! Kita ngebut aja!"

Kupacu motorku sekencang mungkin, walau kutahu, sudah tak ada pencahayaan lagi di komplek ini. Semua sudah sepi. Tak berpenghuni. Dengan bermodalkan lampu jauh dari motorku, aku berhasil melewati komplek yang suram ini. Kulihat teman-temanku juga sudah keluar dari komplek. Aku berhenti sejenak di pinggir jalan, memastikan mereka semua baik-baik saja.

"Kenapa rupae, Gif?"

"Nggak papa. Siapa tadi rupae? Bukan hantu kan?"

"Bukan. Satpam," jawab Angga.

"Hahahaha! Rupae kita lebih takut sama satpam dari pada sama hantu, ya!" ujarku diikuti tawa membahana teman-teman.

Syukurlah, semuanya tidak apa-apa, pikirku.

"Besok, kelen kutraktirlah! Atas keberhasilan kita menaklukkan bekas rumah sakit angker tadi!"

***

Lima hari setelah ekspedisi gila itu, badan Agif sakit-sakitan. Kata dokter, ia hanya demam biasa saja. Tapi entah kenapa, saat siang tubuhnya terasa ngilu dan sampai tak bisa digerakkan sama sekali. Namun ketika malam, badannya tampak segar dan nafsu makannya seperti orang kelaparan yang sudah seminggu tak pernah makan. Dan itu berlangsung setiap malam. Sampai berhari-hari.

Biar tahu rasa dia! Padahal aku hanya mendekatinya saja. Sejak ia menyoroti tempat tidurku di ruang jenazah dalam gedung bekas rumah sakit beberapa waktu lalu. Di Tangkahan Lagan.

*****


*Tulang: panggilan untuk paman atau om dalam bahasa Batak.

Jumlah karakter 5931, jumlah kata 1031.
Cerita ini saya ikutsertakan dalam Tantangan Nulis Cerita #LegendaHororLokal

Catatan dari penulis: 
Cerita ini saya tulis berdasarkan kisah nyata teman-teman SMA saya yang melakukan ekspedisi 'gila' tersebut. Nama-nama yang digunakan adalah bukan nama samaran. Tokoh utama, Agif, memang mengalami sakit 'aneh' seminggu setelah euforia penaklukkan gedung bekas rumah sakit tersebut. Ia sakit selama berhari-hari, kemudian disusul satu per satu oleh yang lain. Dengan sakit yang 'aneh' juga. Dan, konon, salah satu acara televisi bernama Uka-Uka, yang dulu pernah tenar, batal syuting di gedung tersebut dikarenakan pawangnya tidak berani karena 'penghuni'nya terlalu kuat. 

39 comments :

  1. Saya baca catetan dari penulisnya dulu, baru baca ceritanya tapi sebelumnya melototin fotonya dulu

    jadi sereeeem...

    ReplyDelete
  2. maksudnya, si "Aku" itu adalah hantunya, gitu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. hmmm sepertinya aku gagal bercerita, ya. di part terakhir pindah pov-nya, mba. :)

      Delete
  3. Pangkalan Brandan itu...rumah sakit yang aku biasa input ke system kantor. Em...masih ada kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. yang ini RS yang lama, mak. sekarang RSnya udah pindah, bukan di TL lagi. ini RS Pertamina.

      Delete
    2. aku lahir di RS itu. dan sampe umur 18 tahun hanya dirawat disitu.....

      Delete
  4. makasi buat isti krn udh menceritakan semua pengalaman kami...saya ferry salah 1 yg ikut berangkat malam itu dan salah 1 yg ikut sakit pulang dr sana

    ReplyDelete
  5. wow ada saksi bisunya eh maksudnya saksi hidup hehe

    ReplyDelete
  6. iya is...yang terakhir itu maksudnya hantunya y ya...????

    ReplyDelete
  7. Aih... rumah sakit selalu memiliki legenda yang mirip2 ya, Mbak :)
    Keknya saya gak berani ikutan nulis cerita serem...

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, Kaka! tadinya juga aku ga berani, tapi merasa tertantang. ples, punya ide "gratis" macam ini, gimana mau ga ikutan? :D

      Delete
  8. yeahhhh... kalo cerita horor di rumah sakit aku udah sering ngalami kak. malah lebih serem :)

    ReplyDelete
  9. aku pernah lihat rumah sakit ini Mbak. di Berandan khan? bekas rumah sakit Pertamina yg sudah tak terpakai ya? seru juga ceritanya

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, betul, Mak! memang seru, ini. dulu aja sih pas temen2 lagi pada ekspedisi yang lainnya nakut2in. sekarang karena udah lewat jadi tampak keren. wkkwkwk

      Delete
  10. Si aku yang terakhir satpam kah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah loooh, siapa ya? coba dibaca lagi, Mak. :)
      kata kuncinya adalah, kalimat kedua terakhir. :)

      Delete
  11. Ih... serem. Kalo ekspedisi gitu, aku gak berani, Mak. Tapi klo nonton film hantu, aku doyan. Walopun udahnya, makin jadi penakut :D

    ReplyDelete
  12. uwahhhh,takuttttttttttttttttttt makkk.....
    slaam kenal ^^

    ReplyDelete
  13. udah 2 aja baca cerita horor,, aihh Mak Isti bikin takuuuut

    ReplyDelete
  14. Mbak Isti, sedikit mgasih keterangan ni tentang foto RS tangkahan lagan itu...
    Suami saya lahir dan besar di kompleks pertamina, pas deket RS. Memang skrg tu RS tdk dipakai lagi. Dibiarkan tdk terawat. Tapi kalau dibilang berhantu ya tidak juga sihhh (walaupun asli serem abis)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehhehe harus dibuktikan sendiri sih berhantu atau enggaknya. Ini saya cuma nulisin ulang kisah nyata yg dialami teman2 saya sendiri. Dan penampakannya memang seram ya. :D

      Delete
  15. Dan saya suka bahasanya
    asli brandan.... mantaf
    tq ya Mbak, sdh mau mengangkat cerita sudut pandang brandan :*

    ReplyDelete
  16. Kami juga pernah expedisi kesana bersama rekan Dosen umsu dan unimed setelah pemgambilan sesu pengambilan foto sore hari kami memurari complek setelah magrib di bumi perkemahan Di TL mobil hampir terbalik karna stir tak bisa diputar DI RS mobik kami seperti menabrak bayangan dan lebih seram nya hasil Foto semua nya hitam saat Pengambilam di Danau Belakang RS dan penampakan Wajah Menyeramkan Di ruangan Rawat inap.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wew 2017 ada yg ekspedisi ke sana? Dan masih horor aja ya? Baca komen Mas Eka ini bikin bulu kuduk saya merinding. Fotonya hitam semua. Hiiyyy ya Allah biar kata ini siang bolong bacanya, tetep aja ngeri. >____<

      Btw, makasih Mas udah ikut komen pengalaman serunya.

      Delete
  17. Serem ya Mba, ngebayangin kalau bangunan itu di tempat sepi juga

    ReplyDelete
  18. Kurang panjang ceritanya, masih penasaran nih sama si aku. Ayo cerita lagi kak. Penasaran. Hahaha

    ReplyDelete
  19. Aku selalu suka cerita misteri kayak gini. Tapi kalau suruh ikut ekspedisi mah ogah sih.. Aku tunggu cerita lainnya, Mak.. Hihi..

    ReplyDelete
  20. Kenapa ya kalo rumah sakitnya udah gak dipake barang-barangnya gak dibersihin sekalian? Ato gak, dijual kan mayan :3

    Kalo di Surabaya ada Rumah Hantu Darmo yang jadi urban legend. Itu rumah gede udah gak terawat bertahun-tahun. Tapi sekarang udah gak lagi serem soalnya banyak orang ke sana 😄

    ReplyDelete
  21. aku pernah nih kayak ekspedisi2 hantu gitu. dan... aku ga mau lagi. Ampun kapok! karena niat sejak awalnya sudah ndak bagus.. jadi ada aja kejadian2 yang ga mengenakan.. heuheuheu..

    ReplyDelete
  22. Wkwkwkkwkwwkk... Mayan lah ceritanya kak isti... Nama tokohnya pun asli,, gifari, ferry, angga, kiki pak jun,, dkk... Terus berkarya diblok ini kak... Smansaba...☺☺☺

    ReplyDelete
  23. dan akhirnya ketemu artikelmu ti', tapi entah kenapa ya waktu kakakku diopname di rs ini aku kok seneeeeng gitu main2 di rs ini (serasi x auranya), sukak main naik turun tangga, ngintip2 pasien yg di UGD, apalagi klo pulang sekolah singgah ke kantor bpkku di deket poly gigi, pasti aku mintak jalan2 liat orang sakit, padahal msh kecil itu loh , tp terus terang aku sukaaaa sm rs itu.

    ReplyDelete

Thank you for read my story. I would be very pleased if you leave a comment here. ^__^