Bahagia Itu Kita yang Buat, Bukan Dibuat-buat

12.16.2019

Selfie rame-rame di halte TransJakarta :)

Setahun yang lalu, waktu suami ngusulin untuk jual mobil, saya belum siap jawab. Saya takut, khawatir, terlebih lagi, saya nggak mau sampai iri lihat teman-teman pada punya mobil dan bisa jalan-jalan terus setiap weekend. Nyatanya? Keadaan waktu itu memang benar-benar kami sedang butuh uang. Kami memang tidak kekurangan, tapi ada kebutuhan lain yang mendesak dan lebih besar jumlahnya, dan kami nggak berani kalau pinjam uang ke Bank, lebih baik jual aja yang dipunya. Lagipula, mobil saat itu jarang dipakai karena suami dinas di luar kota dan pulang setiap 2-3 minggu sekali. Otomatis, mobil kebanyakan nganggur di garasi.

Setelah mikir berhari-hari, barulah saya bisa jawab, “Ya udah nggak apa-apa dijual aja, lagian masih ada taksi online ini.”

Butuh berbulan-bulan setelah menjual mobil untuk nggak baper kalau lihat teman jalan-jalan bawa mobil sendiri. Apalagi, setiap pulang kampung, kami selalu menggunakan mobil daripada naik transportasi umum macam kereta atau pesawat. Banyak pula kenangan dengan mobil kami itu, yang mana baru setahun usianya tapi terpaksa harus kami lepas. Baby carseat yang baru 2 minggu terbeli pun, terpaksa pensiun dini dulu. Anak-anak gimana? Ya, sedih. Tapi apa kami larut dalam kesedihan terus-terusan karena mobil dijual? Enggak boleh!

Saya dan suami yang harus membangkitkan semangat anak-anak lagi bahwa meskipun tanpa mobil, kami masih bisa tetap jalan-jalan dan main ke rumah Utinya 1-2 minggu sekali naik taksi online atau bus Transjakarta (TJ). Awalnya nggak mau repot, naik taksi online terus, tapi lama-lama terasa juga yah kalau pergi-pulang. Akhirnya dicobalah ajak anak-anak naik bus TJ. Tapi untuk bisa naik bus TJ, harus naik angkot dulu sekali. Nggak disangka, anak-anak malah lebih suka naik angkot dan bus TJ, loh, daripada mobil!

See? Ternyata menciptakan kebahagiaan itu nggak melulu dengan harta. Akan lebih terasa bonding-nya jika waktu yang ada digunakan sebaik-baiknya seperti menghabiskan waktu dengan bercanda selama di angkot dan bus TJ. Kadang, sambil nunggu busnya datang, anak-anak saya kasih cemilan biar nggak bosan. Lalu, kami main tebak-tebakan ada berapa jumlah chocochip di kukis yang sedang dipegang. Yang menang, bisa ambil kukisnya untuk dimakan sendirian atau sharing sama yang lain.

Btw, untuk kukisnya saya selalu bawa GoodTime, yang anak-anak semuanya pada suka. Karena, selain rasanya yang nyoklat banget, GoodTime ini merupakan pelopornya home-baking style cookies.

#BedaKeluargaBedaCerita



”Tiap kukis GoodTime itu istimewa karena meskipun pasti sama lezatnya, tapi tidak ada yang sama persis bentuknya. Nah, demikian pula dengan anggota keluarga kita, makanya tidak ada satu cara baku tentang bagaimana kehangatan keluarga bisa tercipta,” ujar Marieska Widhiana, Marketing Director Arnott's Indonesia.

Pernyataan tersebut keluar dalam acara Press Release GoodTime, “#BedaKeluargaBedaCerita: Merayakan Keberagaman Cerita Keluarga Indonesia bersama GoodTime”, 27 November 2019 di Jakarta.

Setuju, nggak, sih, dengan pernyataan Marieska di atas? Saya mengiyakan pernyataannya, karena saya sendiri sering nggak sengaja membanding-bandingkan gaya parenting saya dengan teman-teman online di dunia maya. Apalagi semenjak aktif di dunia sosial media ini, secara nggak langsung lingkaran pertemanan saya menjadi luas dan bisa saja dengan mudah following selebgram terkenal yang anak-anaknya pada manut. Oh, nggak usah jauh-jauh ke selebgram deh, ke teman sendiri aja, yang selalu sharing kedekatannya dengan anak-anaknya padahal anaknya banyak, tapi rasa-rasanya harmonis semua.

Kalau kitanya mudah baper, lelah sekali sepertinya kepengin kayak mereka terus biar kelihatan bahagia. Iya, loh, ngikutin cerita mereka secara emosional aja bisa bikin lelah hati dan perasaan kita sendiri. Tambah lagi kalau yang diikutinnya itu, punya rizqi yang lebih, yang bisa tiap bulan jalan-jalan ke luar negeri tanpa beban. Ternyata, kita nggak perlu membanding-bandingkan dengan keluarga teman apalagi selebgram terkenal itu. Kita bisa kok menciptakan sendiri bonding dan bahagia sama anak-anak, karena kuncinya adalah beda keluarga beda cerita.

Di acara Press Release GoodTime minggu lalu juga hadir Psikolog Roslina Verauli, MPsi, yang juga berbagi insights tentang momen keluarga di dunia digital. Katanya, “Manusia itu unik. Tapi, era digital ini, kita cenderung makin memiliki gejala takut ketinggalan - FOMO. Misalnya, saat ada trend liburan ke luar negeri, kita jadi panik harus mengikuti. Satu hal yang perlu kita pahami adalah, masing-masing orang dan juga keluarga memiliki latar belakang dan sikon yang berbeda-beda. Anda adalah orang yang paling menentukan momen bahagia keluarga Anda, bukan orang lain. Rangkul mereka, berbahagialah dengan itu dan manfaatkan yang terbaik dari itu.”

Nah, bener pemikiran saya tadi, kan? Kalau memang sikon nggak memungkinkan, untuk apa maksain jalan-jalan setiap weekend padahal di rumah aja masih bisa tetep bikin cerita?

Snacking Time dengan GoodTime



Hampir dua tahun ini kami sekeluarga hidup tanpa mobil. Efeknya, ya nggak setiap weekend bisa jalan-jalan terus. Kalau pun mau nge-mall, palingan cuma yang dekat-dekat aja naik taksi online, atau kadang angkot. Memang kalau naik angkot itu malah lebih terasa momennya. Karena menuju jalan raya kami harus jalan kaki dulu dari rumah, dan itu berlima jalan kaki sambil ngobrol-ngobrol, lalu selfie-selfie. Dapet banget kan momennya?

Kalau pas lagi nggak jalan-jalan, ya di rumah aja. Biarpun kadang saya bete kalau di rumah aja, soalnya anak-anak malah lebih milih main gadget masing-masing, tapi suka saya akalin. Bikin game yang belum pernah mereka mainin, tapi semua anggota keluarga bisa ikut.

Belakangan ini kami sekeluarga lagi suka main tebak-tebakan kata, Hangman. Digambarin dulu ada tali panjang dan di bawahnya ada hiu yang mulutnya terbuka. Setiap salah 1x tebak, gambar kepala di bawah talinya, salah 1x lagi, gambar badannya, begitu seterusnya sampai salah 6x sempurna gambar orangnya. Kalau jaman dulu saya tahunya Hangaroo. Itu lho, yang kita tebak huruf untuk disusun jadi sebuah kata, kalau salah tebak, kangurunya bisa mati digantung. Kok serem ya. :D

Setiap anak bebas kasih tebakan, tapi hanya boleh kasih 1 clue aja. Jadi masing-masing anak bisa mengasah kemampuan sendiri dalam memberi tebakan yang sulit dijawab semua anggota keluarga. Seru, lho, karena tebakannya itu bebas, bisa tentang benda, nama negara, nama artis, sampai nama pemain bola. Dan boleh pakai bahasa Inggris. Makin menantang lagi, kan?

Untuk menemani momen-momen kami yang seperti ini, saya selalu sediain GoodTime sebagai snack-nya. GoodTime juga selalu jadi andalan saya untuk snack keluarga ataupun bekal sekolah anak-anak. Dan ada cinta saya dalam GoodTime yang dibawa anak-anak ke sekolahnya.


Karena #BedaKeluargaBedaCerita, maka bahagia setiap keluarga itu kita sendiri yang buat, bukan dibuat-buat. :)

19 comments :

  1. Betul banget isti.. bahagia bukan melulu tentang harta, yang penting hati lapang dan ikhlas. Aku dan anak - anak sama suami sekarang seneng kumpul aja ngg ngapa2in umpel2an di rumaaah or binge nonton film ♥️

    ReplyDelete
  2. Setuju mbak
    Kadang kita tanpa sadar meletakkan bahagia kita di mulut dan pandangan orang padahal hidup kita berbeda2. Btw good time ini biskuit fav ku dan anak2

    ReplyDelete
  3. iya bener mba isti, ujian justru datang sebagai pembuktian diri, apakah kecintaan terhadap kebendaan itu tinggi atau ngga, kalau aku pernah juga jual motor kesayangan 2x, ya emang sedih juga sih, tapi ya sudah, benda mah cukup sampai di tangan aja, jangan dibawa ke hati

    ReplyDelete
  4. Yang penting mensyukuri apa yg ada. Kalau lihat ke atas, ga akan ada ujungnya. Beruntung Mbak pernah punya mobil. Lah kami yg hidup di desa, sudah tidak punya mobil, tidak ada ojek atau kendaraan online, apalagi Transjakarta, wong kami tinggal di pelosok Kabupaten Cianjur. Hahaha...
    Jangankan harta benda, keluarga saja kalau kita mati mah ga akan ada yg dibawa. Jadi mikirnya ga usah berat berat menurut saya mah.

    ReplyDelete
  5. Setuju, kebahagiaan itu kita sendiri yang ciptain. Kalau banyak bersyukur, kayaknya kita bakalan happy terus. Saya juga pernah kok, di posisi seperti itu. Jual mobil untuk ngelunasin cicilan rumah. Supaya gak ada sangkut paut dengan bank. Tapi alhamdulillah kami sekeluarga happy-happy aja.

    ReplyDelete
  6. Pasti berat itu pas mau jual mobil ya mbakk..

    Tapi pilihannya mbak tepat, ketimbang ngutang dan nnti malah jadi pikiran dikemudian hari.. Nice mbak

    ReplyDelete
  7. Kebersamaan dengan orang2 yang kita sayangi jauh lebih berharga dibanding apa pun yah mbaaak..
    Oh iya sama dikasih kesehatan, kadang kita suka menyepelekan hal-hal kecil yah. Naik angkot sekeluaga emang seruuuuu mbak, aku juga pernah hehehe

    ReplyDelete
  8. Sama kayak aku, mba. Maju mundur buat jual mobil. Dan akhirnya beneran jual mobil. Lumayan buat renovasi rumah. HehehE. Senangnya kalau ada kesempatan untuk bisa selalu habiskan waktu buat sekeluarga sambil ngemil ngemil :)

    ReplyDelete
  9. Good time juga salah satu snack favorit aku dan keluarga lho, legend banget kan snack ini

    ReplyDelete
  10. Betuuuul, aku setuju sekali Mbaaak. Kalau bahagia itu sesederhana menjadi diri kita ya. Tidak perlu dibuat-buat.... :)

    ReplyDelete
  11. Setuju banget mbak, bahagia itu berawal dari hati yang bahagia juga.. jika anak anak dan keluarga bahagia maka berawal dari seorang Ibu yang bahagia juga.. yuk ah terus memilih bahagia selalu

    ReplyDelete
  12. Bisa kubayangkan gimana masa-masa itu mba. Tapi tetap memang kalau ikhlas jalaninnya maka rasa syukur jadi lebih besar

    ReplyDelete
  13. Saya kebalikannya sampai skrng mobil masih jd list terbawah, soalnya ya sama sih alasnnya paling kepakai seminggu sekali aja itu pun blm tentu keluar rmh hehe. Tapi ternyata dengan banyaknya transportasi ya bisa aja ya kita jalan ke mana pun mbak. Bener sekali bahagia itu letaknya di kata kunci bersyukur ya bisa kumpul keluarga udah hepi banget :D
    Wah good time ini juga favorit anak2ku :D

    ReplyDelete
  14. Setuju. Kebahagiaan kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Artinya ya kita ciptain sendiri kebahagiaan itu. Btw, aku suka juga goodtime lho, camilan yang pas untuk dibawa dalam perjalanan

    ReplyDelete
  15. Iya banget, bahagia mah bukan dibuat-buat karena ada dan harus ada sesuatu. Kita bisa bahagia kapan aja. Ngumpul sama keluarga, dengan nonton film di laptop aja pun bisa sangat membahagiakan. Ditambah camilan favorit, udah deh seru ya.

    ReplyDelete
  16. Sukaaa banget, kak....ceritanya sangat inspiring.
    Aku juga sering membayangkan "Kalau seandainya begini dan begitu..."
    Tapi balik lagi...Allah sangat mencintai hambaNya yang bersyukur.
    Jadi mau gimanapun, mari bahagia dengan apa yang ada.
    Yang penting sehat dan produktif terus berikhtiar.

    Barakallahu fiikum, kaka~
    Love yuuu...

    ReplyDelete
  17. Setuju sekali sista sama judulnya dan isinya.. bahagia itu bukan untuk dibuat-buat

    ReplyDelete
  18. Dulu sering banget pretending bahagia biar bisa berbaur sama teman. Tapi saya menemukan cara bahagia dengan memulai blog 2 minggu lalu (www.kamelawar.com) walaupun temen-temen pada ga srek wkwk yang penting saya senang :D

    ReplyDelete

Thank you for read my story. I would be very pleased if you leave a comment here. ^__^