Kenangan Tas Noken dari Sorong

7.24.2022

 Kalau jaman kalian kecil tahu 'sorong' bukan dari lagu 'Potong Bebek Angsa', fix kalian tinggal di Papua atau orang tua kalian yang bekerja merantau jauh di Papua.

Dulu Papa saya kerjanya berlayar. Kadang ke luar negeri, kadang juga rutenya domestik. Rute domestik paling jauh itu pernah sampai ke Sorong. Saya nggak tahu Papua, saya nggak tahu di sana itu seperti apa, saya hanya tahu Sorong itu jauh di Irian Jaya, ujungnya Indonesia. Saking jauhnya, Papa saya pulangnya ketika berlabuh. Kadang setiap 6 bulan sekali, bahkan pernah hanya sekali dalam setahun.

Iya, dulu kan apa-apa masih susah. Untuk bisa bepergian jauh aja butuh waktu berhari-hari karena harus menyambung kapal feri. Belum lagi untuk bertukar kabar, butuh waktu sehari untuk bisa kirim pesan atau surat. Boro-boro paketin oleh-oleh, nggak kepikiran! 😶

Kebetulan saat itu Papa saya cukup lama berlabuh di Papua, sampai-sampai mengirimkan surat ke Mama berlembar-lembar yang ternyata isinya adalah nasihat tentang agama😅. Mama saya sampai bingung ini suaminya kenapa kok tiba-tiba begini? Rupanya di Sorong Papa saya mendapat 'hidayah', yang kalau kata orang jaman now 'hijrah'. Alhamdulillah, Papa saya jadi mulai rajin mengaji saat itu dan perlahan meninggalkan rokok yang ternyata banyak mudharat-nya.

Saya ingat sekali, sepulang dari Sorong, Papa waktu itu bawain oleh-oleh tas rajut gitu. Saya heran, kenapa tas begini doang dibeli dan dijadikan oleh-oleh? Bentuknya nggak menarik, apalagi waktu itu saya masih kecil. Tali tasnya sangat panjang, kainnya bolong-bolong malah sepertinya nggak bisa menutupi barang bawaan, bisa dengan mudah terlihat oleh orang. Belum lagi warnanya yang gelap, cokelat tua dengan motif garis-garis hijau yang juga tua.

Kata beliau, ini tas khas Sorong. Di sana, orang-orang pada pakai tas ini dan disangkutkan ke kepala. Itu sebabnya talinya panjang sekali. Kerennya, tasnya bisa melar besar sekali sesuai isinya. Saya jadi sering pakai untuk main belanja-belanjaan dulu, hehe. Baru belakangan ini saya tahu kalau namanya adalah tas noken. Telat. 😅

Tas Noken

Kira-kira tas nokennya mirip kayak yang di foto gini, tapi lebih gelap warnanya. Yang di foto ini tas noken milik teman saya, Uun, yg belakangan saya baru tahu juga kalau ternyata dia lahirnya di Sorong 😍. Selama ini saya pikir dia orang Sunda karena tahunya tinggal di Bogor sejak kuliah hingga sekarang sudah menikah. Pantesan aja suka lihat update-an Instagramnya lagi makan papeda yang dia bikin sendiri, dan anak-anaknya pun suka! 

Eh, maap, jadi ngomongin orang, hehe. Kalau ngomongin Sorong gini saya jadi ingat kalau di sana sekarang udah jauh berkembangnya, apalagi sejak ada JNE masuk ke sana. Keren, ya. Sekarang kita bisa beli tas noken atau pun crafting lainnya yang khas Papua meski kita nggak ke sana. Tinggal pesan online, barang bisa dikirimkan pakai JNE! Bahkan teman saya yang buka jastip pun lebih memilih mengirimkan paket-paketnya ke Papua dengan JNE karena lebih aman dan tepercaya. 


JNE Ngajak Online - Goll...Aborasi Bisnis Online 2022 Kota Sorong


Baru2 ini JNE mengadakan webinar JNE Ngajak Online - Goll...Aborasi Bisnis Online 2022 Kota Sorong yg dihadiri lebih dari 100 UMKM setempat. Sorong merupakan kota ke-28 dari gelaran webinar JNE Ngajak Online 2022 – Goll...Aborasi Bisnis Online yang pada tahun 2021 telah dilakukan di 60 kota di seluruh Indonesia.



Di webinar tersebut, turut hadir juga Pak Fredi Luhukay, Branch Manager JNE Sorong. Ada juga Ratna Dewi owner Nami Craft, dan Teguh Hidayat Iskandar Alam selaku CMO Mooipapua.

Mooi Papua sendiri bergerak di bidang kecantikan. Mereka memasarkan produk skincare yang eco-friendly dan social conscious. Dua hal inilah yang membuat Mooi Papua berbeda dengan kompetitornya. Padahal, menurut Teguh Hidayat, timya tidak melakukan promosi besar-besaran selama pandemi, akan tetapi, karena mayoritas orang-orang lebih banyak yang stay di rumah, peningkatan omzetnya mencapai 280% atau hampir tiga kali lipat. 

"Kami tidak terlalu banyak iklan tapi terbesar di value proposition. Produk kami eco-friendly karena bahan bakunya berasal dari alam, mulai dari buah merah, pala fakfak, dan hasil alam lainnya," ujar Teguh Hidayat.

Sementara itu, berbeda dengan Ratna Dewi yang membangun bisnisnya di bidang kriya (craft), ia justru menyampaikan betapa pentingnya optimalisasi media sosial untuk memasarkan produk. Dimulai dari memaksimalkan konten yang menarik hingga menggunakan hashtag yang digunakan pada copywriting.

Apa yang menjadi pembeda Nami Craft dengan kompetitornya?

"Kami berfokus pada cara pengemasan yang berbeda dan menyediakan banyak kategori pengemasan seperti Korean Wrapping yang banyak digemari konsumen", ujarnya.




Sejalan dengan ini, Fredi Hulukay selaku Branch Manager JNE Sorong pun menyambut baik, "Kami siap membantu dan memfasilitasi UMKM dari berbagai sisi. Untuk mesalah penjualan logistik dalam kota hingga luar negeri, kami siap membantu!"

Fredi juga menyampaikan bahwa saat ini JNE secara rutin melaksanakan berbagai program layanan terkhususnya bagi UMKM, seperti adanya promo cashback, program apresiasi seperti JLC (JNE Loyalty Card), gratis jemput paket tanpa minimal berat, COD, dan e-fulfillment untuk menjadi solusi pengiriman dan kemudahan bertransaksi digital.

Semoga JNE semakin jaya dan bisa merangkul lebih banyak lagi UMKM se-Indonesia.

Stay healthy and stay safe!

No comments :

Post a Comment

Thank you for read my story. I would be very pleased if you leave a comment here. ^__^